20 April 2025
IMG-20240710-WA0025

Pengarit, 10 Juli 2024 – Kepala Desa (Kades) Pengarit, Imam Wibowo, telah berhasil mengembangkan metode peleburan sampah yang menghasilkan produk bermanfaat bagi pertanian dan masyarakat setempat. Proses pra-produksi peleburan sampah ini telah sukses, menghasilkan beberapa produk inovatif yang sangat diperlukan oleh petani dan peternak.

Dalam satu siklus produksi, sebuah truk sampah dapat menghasilkan sepuluh galon asap cair (Liquit Semug) tanpa pemilahan. Produk ini berfungsi sebagai pengurai amoniak yang sangat efektif di kandang ternak, seperti kotoran kambing dan ayam, yang membuat kotoran tersebut cepat kering dan tidak berbau.

Selain itu, setengah galon Liquit Semug Bio Carbon dihasilkan sebagai pupuk pertanian. Secara total, proses ini menghasilkan sekitar 150 liter Liquit Semug tanpa pemilahan dari reaktor, dan 10 liter Bio Carbon dari intektor yang telah dipilah.

Produk-produk ini, yang dihasilkan dari proses peleburan dan pembakaran sampah melalui interaktor, akan dipasarkan melalui Badan Usaha Milik Desa (Bungdes) Pengarit. Harga per liter Liquit Semug ditetapkan sebesar Rp10.000, dan produk ini akan didistribusikan kepada agen dan petani setempat.

Hasil produksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:

  1. Asap cair (Liquit Semug) dari intektor, yang digunakan untuk pengolahan kotoran ternak.
  2. Asap cair (Liquit Semug) dari reaktor, yang diolah menjadi Bio Carbon untuk pupuk pertanian.

Selain produk-produk ini, abu hasil peleburan rencananya akan digunakan untuk pembuatan paving.

Imam Wibowo berharap, jika proses ini sukses dan terus berkembang, metode peleburan sampah ini dapat diterapkan di seluruh desa di Kabupaten Pemalang. Tujuannya adalah untuk mengurangi tumpukan sampah yang menyebabkan bau tidak sedap dan potensi penyakit. Untuk sementara, sampah yang digunakan dalam proses produksi berasal dari warga setempat.

“Dengan keberhasilan ini, kami berharap dapat mengembangkan lebih lanjut metode peleburan sampah untuk menghasilkan bahan bakar diesel (solar). Kami juga berharap setiap desa di Kabupaten Pemalang dapat mencontoh langkah ini, sehingga sampah atau limbah masyarakat tidak menumpuk dan menyebabkan masalah lingkungan,” ujar Imam Wibowo.

Dengan inovasi ini, Desa Pengarit menunjukkan langkah konkret dalam mengelola sampah secara efektif dan menghasilkan produk-produk yang mendukung pertanian serta peternakan setempat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *