31 Maret 2025
WhatsApp Image 2024-11-12 at 11.35.48 (1)

Pemalang – Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah dan konservasi lingkungan, pelatihan pengelolaan sampah telah sukses dilaksanakan di empat desa, yaitu Desa Sodong Basari (Kecamatan Belik), Desa Nyalembeng (Kecamatan Pulosari), Desa Pegongsoran (Kecamatan Pemalang), dan Desa Sikasur (Kecamatan Belik). Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini melibatkan narasumber ahli di bidangnya untuk memberikan materi dan praktik yang relevan bagi masyarakat.

Hari Pertama: Bank Sampah dan Pembuatan Eco Enzyme

Pada hari pertama, Ibu Nurlaelatul Aqifah, Direktur Bank Sampah “Mawar Biru” Kota Tegal, memaparkan pentingnya sistem pengelolaan sampah melalui konsep bank sampah. Dalam sesi ini, beliau menjelaskan beberapa poin penting:

  1. Munculnya Gunungan Sampah
    Faktor utama yang menyebabkan gunungan sampah antara lain rendahnya kesadaran masyarakat, meningkatnya volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), serta anggapan bahwa pengelolaan sampah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
  2. Pengelolaan Sampah melalui Bank Sampah
    Bank sampah adalah sistem kolektif yang mengelola sampah kering bernilai ekonomi. Sistem ini mendorong masyarakat untuk memilah sampah, menyetorkannya ke bank sampah, dan mendapatkan keuntungan finansial.
  3. Tahapan Pendirian Bank Sampah
    Dimulai dari sosialisasi awal, pelatihan teknis, hingga evaluasi berkala untuk pengembangan sistem yang lebih baik.

Selain itu, peserta juga dilatih membuat eco enzyme, produk serbaguna dari sampah organik dengan manfaat sebagai pupuk organik, pembersih rumah, obat luka, hingga pestisida. Proses pembuatan eco enzyme memanfaatkan campuran gula merah, sampah organik, dan air dengan perbandingan tertentu.

Hari Kedua: Wisata Bisnis dan Budidaya Maggot

Hari kedua menghadirkan tiga narasumber dengan topik yang lebih luas dan mendalam:

1. Wisata Bisnis Konservasi Lingkungan

Sdr. Iwan Budiono, S.Pd, seorang promotor konservasi lingkungan, memaparkan konsep Wisata Bisnis Konservasi Lingkungan. Fokus utama materinya adalah:

  • Pengelolaan Sampah Berbasis Konservasi Lingkungan
    Dengan memanfaatkan sampah organik untuk pertanian dan sampah non-organik untuk pemberdayaan masyarakat.
  • Konektivitas Bisnis Hijau
    Menghubungkan pengelolaan sampah organik dengan usaha perikanan, peternakan, dan UMKM kuliner lokal.
  • Ekonomi Hijau
    Sebagai langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mengurangi risiko lingkungan.

2. Rumah Susun Maggot dan Komposter Portable

Narasumber Muhammad Tafrikhan memperkenalkan konsep budidaya maggot dengan rumah susun maggot. Metode ini memanfaatkan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengelolaan sampah organik. Maggot dapat mengurangi volume sampah hingga 80%, menghasilkan pupuk organik cair (lerigot) dan padat (kasgot), serta berfungsi sebagai pakan ternak berprotein tinggi.

3. Digitalisasi Desa untuk Konservasi Lingkungan

Catur Budi Prasetyo, S.IP., menutup pelatihan dengan materi tentang digitalisasi desa wisata. Beliau menekankan pentingnya teknologi untuk:

  • Menyebarkan informasi terkait konservasi lingkungan.
  • Membangun jaringan kolaborasi antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan.
  • Mendukung bisnis lokal dengan basis digital.

Dampak dan Harapan

Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui konsep bank sampah, budidaya maggot, dan wisata bisnis konservasi lingkungan. Diharapkan, masyarakat di empat desa ini dapat menjadi pelopor pengelolaan sampah yang berkelanjutan, menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan mendukung perekonomian lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *